Review Film Marbot (2024): Antara Keinginan dan Warisan Pekerjaan

Apa yang terpikirkan oleh kamu tatkala mendengar kata “Marbot”? 

Yups, pastinya ada kaitannya dengan musola atau masjid. Kalau melihat pengertian dari KBBI berarti penjaga dan pengurus masjid. 

review film Marbot produksi klikfilm

Adanya marbot bisa membantu jamaah untuk beribadah lebih nyaman, karena kondisi musola/masjid yang bersih, tersedianya perlengkapan solat dan air bersih untuk wudhu, maupun fasilitas pendukung lainnya. 

Pekerjaan marbot adalah salah satu pekerjaan mulia. Dirangkum dari laman Republika, bahwa pada jaman Rasulullah ada Ummu Mahjan rahimahullah yang merupakan marbot wanita yang amat rajin menyapu masjid Nabawi. Qadarullah, ia meninggal dunia. Rasulullah menegur para sahabat karena tidak ada yang memberitahukan akan kabar tersebut. Kemudian para sahabat menunjukkan makamnya dan Rasulullah mendoakannya. Dari kisah di atas, memberikan isyarat bahwa petugas marbot tidak bisa dilihat sebelah mata. Perannya terhadap musola maupun masjid demikian besar.

Jalan Cerita Film Marbot (2024)

“Lu ajarin anak-anak kampung di sini, biar kayak elu,” kata Enyak (Annisa Trihapsari) kepada Malik (M. Zayyan Sakha). “Alhamdulillah, lu udah lulus mondok. Sekarang gantian yah, elu gantiin enyak jadi marbot.”

Suasana pun hening seketika. “Nyak, Malik pengen kuliah.”

Perdebatan Nyak dan Malik tak berkesudahan. Malik bermaksud ingin memiliki penghasilan lebih, untuk membuat kehidupan ibunya lebih baik. Sedangkan, Nyak berkeinginan agar anak satu-satunya itu menjadi marbot agar bisa membagikan keilmuannya di kampungnya, dan sebagai pekerjaan ini bisa menjadi bekal di akhirat.

Pekerjaan marbot di mushola adalah pekerjaan bapaknya Malik semasa hidup. Lalu pasca kepergiannya, ibunya Malik yang menggantikan posisi tersebut sambil berdagang kecil-kecilan di depan rumahnya. 

“Percuma elu punya ilmu banyak, tapi nggak punya akhlak, nggak punya adab.” Kata Nyak lebih lanjut.

Malik pun tak ingin berdebat lebih dalam. Ia pelan-pelan untuk terus menyampaikan keinginannya, sambil melakoni tugas sebagai marbot. Walau tentu saja, tak mudah untuk membujuk ibunya.

Baca Juga: Ulasan Film Pendek Istiqlal

Tadinya mushola sepi. Namun semenjak kedatangan Malik, dan ia yang menjadi muazin, perlahan mushola mulai ramai. Anak-anak yang tadinya enggan untuk sekadar duduk di mushola, tetapi dengan kesabaran Malik mereka berdatangan. Apalagi disediakan pula perpustakaan kecil di halaman mushola, menjadikan mushola tersebut makin ramai. 

review film Marbot produksi klikfilm
Malik ketika menjadi imam solat di musola (ilustrasi dari wartakota-tribunnews.com)

Hanya saja, keinginan Malik untuk kuliah makin bertambah, karena suatu hal. Lalu, apakah Malik akan benar-benar meneruskan warisan pekerjaan orangtuanya sebagai marbot, atau memilih menjadi mahasiswa?

Film Marbot Tak Hanya Sekadar Pengajaran Moral

Rilis pada bulan Agustus 2024, film Marbot ini cukup apik dikemas dalam nuansa religi tapi tidak seperti menggurui. Berdurasi 89 menit, film produksi KlikFilm ini disutradarai oleh Ario Rubbik, dengan penulis skenario sekaligus produser yaitu Rano Karno. 

Baca Juga: Review Film Run (rilis 2020)

Untuk sisi jalan ceritanya runut dan mengalir. Apalagi menggunakan bahasa yang sering kita gunakan dalam keseharian. Jadinya related dengan kehidupan kita, khususnya bila melihat kondisi jaman now, maka suasana internet, ponsel, dan “mabar” akan menjadi hal yang lumrah dibahas. 

Dari segi akting para pemerannya, terbilang natural. Sebagaimana kita ketahui, Annisa Trihapsari merupakan aktris kawakan yang sudah malang melintang dalam seni peran. Istri dari aktor Sultan Djorghi ini memulai karirnya pada tahun 1996 dan masih eksis hingga saat ini. 

Sedangkan M. Zayyan Sakha yang berperan sebagai Malik merupakan model, dan beberapa karakternya pernah sebagai Zaki kecil dalam film Buya Hamka, dan karakter Landin dalam film Dilan: Wo Ai Ni 1983, sehingga klop ketika beradu akting dengan karakter Nyak. 

review film Marbot 2024 produser Rano Karno
Karakter Nyak yang diperankan oleh Annisa Trihapsari (dok. koranindopos.com)

Pengajaran moral yang didapatkan di film Marbot ini, salah satunya adalah keterbukaan akan sebuah harapan. Perlunya orangtua dan anak saling berbicara menyampaikan pendapatnya, sehingga tidak mengambil keputusan sendiri. 

Secara keseluruhan film ini layak ditonton bersama keluarga, karena memberikan kesan dan pengajaran yang bermanfaat. Saling duduk bersama dan mendengarkan antar pihak. Tanpa perlu meninggikan ego masing-masing. 

Dan hal manis yang tersirat di film Marbot ini adalah bagaimana adab berbincang dengan orangtua. Meski jaman terus berkembang dengan berbagai kecanggihannya, tetapi adab dan sopan santun ini baik antara orangtua terhadap anak, maupun antara anak kepada orangtua, janganlah ditinggalkan. Sebab, saling menjaga perasaan dan menghormati satu sama lain, akan mengalirkan kasih sayang didalamnya. Semoga review film Marbot (2024) ini bermanfaat. ⭐/5

review film marbot rilis 2024 KlikFilm
poster film Marbot (ilustrasi dari akun IG @klikfilm)

“Pintu rezeki yang berikan itu banyak kan, Nyak. Tinggal tugas kita yang sadar pintu mana yang dibuka dan harus dikejar.” Malik.

Fenni Bungsu

Hi, #SemangatCiee jumpa dengan daku Fenni - si Milenial yang suka menulis tentang hal yang bermanfaat. Untuk bekerjasama bisa melalui email ke: fenni(dot)bungsu(at)gmail(dot)com ��Terima kasih��

23 Komentar

Jangan pakai Unknown ya, biar daku bisa kunjung balik ke blog-mu.
Ditunggu komen terbaiknya ^•^

  1. Jadi film Marbot bisa ditonton di aplikasi KlikFilm ya Kak? Keren nih kalau penulis skenarionya bapak Rano Karno. Pasti keren. Aku juga suka ama aktingnya Annisa Trihapsari.

    BalasHapus
  2. Kemarin saya baru melihat postingan film ini di IG Mbak Fenni dan sekarang saya membaca ulasan filmnya. Jadi marbot itu mulia, tapi mengejar ilmu untuk meningkatkan taraf hidup juga penting. Dan sebenarnya pilihan itu ada pada Malik, karena dia yang akan menjalaninya. Jadi penasaran ingin nonton film ini, Mbak.

    BalasHapus
  3. Menarik nih. Jaman sekarang terlalu banyak anak yang mulai lalai tentang bagaimana sikap dan berbicara kepada orang tua. Pun demikian orang tua kepada anak. Kadang, ada saja yang lupa sama tugas dan tanggung jawab, khususnya tentang menyayangi.

    BalasHapus
  4. Marbot berhasil menyentuh hati dengan cerita yang sederhana namun bermakna. Akting para pemainnya juga sangat natural. Film ini mengingatkan kita akan pentingnya pengorbanan dan tanggung jawab.

    BalasHapus
  5. Hiks, bener banget dan percaya kalo rezeki yangAllah berikan itu banyak, tugas kita tinggal kita mengejar pintu itu. Seru banget cerita filmnya, apalagi syarat akan pesan moral seputar adab pada orang tua. J

    BalasHapus
  6. Hemmmm keliatannya cukup sulit menentukan pilihan, apakah meneruskan pekerjaan sebagai marbot atau melanjutkan kuliah. Karena menimba ilmu itu juga penting dan wajib, sementara menjadi marbot juga pekerjaan yang mulia dan menjadi bekal akhirat. Jadi penasaran siih. Saya pikir marbot ini film kayak horor gitu, ternyata dugaan saya keliru.

    BalasHapus
  7. Film religi yang dikemas menarik ya jadi edukasinya dapat tapi tontonnya juga dapat, Jadi penasaran apakah Malik bisa tetap melanjutkan kuliah atau jadi marbot atau bisa jadi keduanya ya.

    BalasHapus
  8. Suka deh dengan film yang diperankan secara natural. Pesannya akan lebih mudah tersampaikan kepada penonton. Penasaran pengin nonton juga nih...

    BalasHapus
  9. Dari judulnya saja sudah menarik, marbot masih muda ganteng pula. Pasti ukhti banyak yang jadi rajin ibadah nih, eh. Maksudnya jadi makin semangat ibadah ke masjid.

    BalasHapus
  10. Dapet banget ya pesan moral film Marbot ini. Komunikasi timbal balik ortu dan anak wajib banget di biasakan, biar minim salah paham.

    BalasHapus
  11. Ketika dihadapkan dengan pilihan seperti ini, jadi bingung. Antara menyenangkan dan patuh kepada ortu, atau mengikuti impiannya.
    Penasaran juga endingnya gimana, boleh nih ditonton :D

    BalasHapus
  12. Menarik nih filmnya, banyak insight yang diperoleh dari film ini ya, jadi ingin nonton juga nih
    Apalagi saat ini peran Marbot banyak diabaikan

    BalasHapus
  13. Biasanya marbot udah tua, ini masih muda, tampan pula. Aih menarik sekali , pasti bikin senyum yang nonton 🤭

    BalasHapus
  14. Indonesia butuh film-film ringan yang memiliki pesan moral seperti ini... semoga film-film seperti ini bisa menjadi salah satu sarana membangun benteng keimanan kepada Allah SWT.

    BalasHapus
  15. Baru baca ulasannya di sini saya udah bisa paham keinginan enyak. Tapi, juga paham dengan keinginan Malik. Sepertinya ini film yang memang akan emmbuat hati hangat. Bagus ya jalan ceritanya

    BalasHapus
  16. Sepertinya bagus nih, buat di tonton sekeluarga, karena banyak pembelajaran yang bisa di petik, bagaimana orang tua dan anak saling mendengarkan pendapat, bukan memaksakan pendapat.

    Jadi ingat kemarin lihat berita ada kasus anak membacok ibunya hanya karena disuruh bersih-bersih rumah. Huhu... sedih banget kan ya, sampai ada kejadian kayak gini

    BalasHapus
  17. Ya ampun aku pikir ini pilem horor. Gak tau kenapa skrng kalau ada kata religi di judulnya udah suudzon duluan huhu. Ternyata ini murni film religi yang membawa nuansa baru, ngajarin agama tanpa menggurui yaa. Perlu banget sih memperbanyak film kyk gini buat tontonan keluarga yaa. Thank you reviewnya.

    BalasHapus
  18. Marbot lumayan menarik angkat isunya. Soalnya dikenyataan, banyak yang ngurus, bersih-bersih mushola itu yang udah dewasa, berumur. Jarang anak muda. Kadang ada memang, tapi ya komunitas, atau sesekali anak ngaji yang dikasih piket. Itu kalau di daerahku sih

    BalasHapus
  19. Sejujurnya, di keluarga kami ada yang berpendapat kalau bersekolah umum itu gak penting-penting amat. Yang penting, sekolah agama dan setelah lulus mengabdikan untuk Allah.

    Jadi aku relate banget pas Nyak memberi nasehat sama anaknya.
    Kalau di kampung, mungkin kebutuhan hidup ga banyak. Jadi, orang-orangnya juga lebih qonaah dan mementingkan keseimbangan hubungan hablumminallah dan hablumminannash dengan sangat seimbang.

    BalasHapus
  20. Saya yg jadi gregetan. Kalau saya jadi Malik pasti maksa pengen kuliah dan jadi marbot bisa dilakukan kok. Ambil kuliahnya di universitas terbuka saja. Hehe...

    Sebaliknya kalau saya jadi Enyak, bakalan berpikir terbuka. Ga jadi marbot bukan berarti anak gak berakhlak...

    BalasHapus
  21. ibunya Malik strong banget bisa berprofesi jadi marbot. tapi si malik bener juga sih, doi pingin lanjut kuliah. dukung dia kuliah dah..

    BalasHapus
  22. Salfok sama marbotnya , masih belia ya..biasanya marbot itu sudah senior usianya, jadi pengen nonton filmnya

    BalasHapus
  23. Jarang banget ya ortu zaman sekarang maksa anaknya jadi marbot karena tahu tidak bisa untuk hidup apalagi kalau punya keluarga..agak kurang relate tapi jadi bisa lihat dari sisi lain ya..

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama