Edukasi tentang kusta memang harus masif dilakukan. Ini sebagai dukungan juga terhadap pemerintah agar Indonesia bisa bebas kusta. Pasalnya kasus baru terkait penyakit yang dapat menimbulkan disabilitas ini, stagnan selama 10 tahun terakhir. Oleh karenanya, peningkatan kesadaran yang kolektif perlu berkelanjutan, sebagaimana diskusi NLR Indonesia bersama Sasakawa Health Foundation (SHF), yang disiarkan melalui channel Youtube Berita KBR, berikut rangkumannya.
Berkenalan dengan Sasakawa Health Foundation
Ms. Aya Tobiki selaku Chief Program Officer, Hansen's Disease Program, dari Sasakawa Health Foundation (SHF), menjelaskan bahwa Sasakawa Health Foundation ini merupakan lembaga nonprofit yang lokasinya di Tokyo. Berdiri semenjak tahun 1974, dengan fokusnya adalah kesehatan salah satunya adalah memberantas penyakit Hansen, atau familiar dikenal dengan nama kusta.
Terdapat 3 pilar yaitu mengatasi masalah kusta, menghilangkan diskriminasi, dan memelihara sejarah tentang riwayat kusta. Kehadiran SHF dalam rangka kunjungan proyek PEP++ NLR Indonesia. Sasakawa mengunjungi tiga tempat layana kesehatan yaitu: Pasuruan, Indramayu, dan Cirebon. Pada kunjungan di tiga tempat tersebut, SHF sangat terkesan dengan edukasi dalam upaya penanganan dan cegah stigma.
Dukungan NLR Indonesia untuk Berantas Kusta
Saya terkesima dengan kolaborasi
NLR Indonesia dan SHF, karena memang diperlukan kerjasama semua pihak untuk
pencegahan kusta, dukungan kepada pasien sehingga lekas berobat sehingga
meminimalisir terjadinya sisabilitas, dan memudarkan stigma. Apalagi memang
fokus NLR Indonesia ini bertujuan agar penanganan kusta bisa lebih cepat,
efisien, dan efektif.
“Pemerintah sudah punya aksi dan rencana mengatasi kusta. NLR Indonesia mengambil dukungan teknis, melalui awareness raising atau edukasi masyarakat seluas-luasnya dengan metode konvensional maupun media sosial. Juga menjaring jejaring dengan pelaku program dan advokasi.” Ungkap Pak Asken Sinaga, selaku Executive Director NLR Indonesia pada sesi talkshow yang sama.
Lebih lanjut Pak Asken
menerangkan bahwa NLR Indonesia memiliki program inovasi yang dilakukan yaitu Peer
Concelor Project yaitu:
- Memberdayakan OYPMK
- Menjaring partnership, karena kusta ini tidak bisa dikerjakan sendiri. Maka untuk mencapai eliminasi kusta harus bekerjasama lintas sektor.
- Memberikan dukungan teknis kepada pemerintah, OYPMK dan mitra-mitra LSM
- Advokasi bersama OYPMK
“Menurut saya peran NLR Indonesia sangat luar biasa. Saya belajar juga ketika NLR memberikan pelatihan dan kegiatan (dialog publik) penjelasan tentang kusta dari aspek medisnya. Serta adanya peningkatan kapasitas edukasi soal kusta.” Terang Pak Ardi Yansyah, OYPMK dan Ketua Permata Bulukumba pada kesempatan yang sama.
Mungkinkah Stigma Kusta Bisa Dihapuskan?
Stigma akan kusta masih ada. Bisa saja stigma tersebut datang dari orang terdekat, bahkan yang tidak mengenal sekalipun. Mungkin terbilang sulit untuk menghapus hal ini, karena pola pikir dan wawasan yang kurang tentang masalah kesehatan ini.
“Secara pengalaman pribadi, saya tidak mendapatkan stigma di luar dari keluarga. Stigma dan diskriminasi justru saya dapatkan di keluarga. Yuk mulai hapus stigma dari diri kita sendiri.” Ungkap Pak Ardi.
Stigma bisa melemahkan mental seseorang, di mana seharusnya dukungan moril yang diberikan, agar ia bisa lebih kuat dan mendapat penanganan yang cepat. Bahkan untuk yang telah sembuh pun atau OYPMK, stigma masih melekat pada dirinya, sehingga seakan-akan martabatnya tidak sama antara si pasien/OYPMK dengan yang lain.
Stigma kusta memang menjadi PR dan
dibutuhkan peran aktif semua pihak untuk mengeliminasi kustanya serta meminimalisir
stigma. Begitupun peran LSM yang sedapat mungkin untuk sedekat-dekatnya dengan
pasien agar mendorong dan memotivasinya sehingga lebih dekat dan cepat penanganannya.
“Semua manusia berhak atas hak-hak kemanusiaan. Apapun kondisinya mereka memiliki martabat yang sama.” Pungkas Ms. Aya Tobiki.
Hebat sekali lembaganya mau mengadakan sosialisasi tentang Kusta sampai di luar Jepang. Stigma tentang kusta emang masih negatif ya. Padahal survivor kusta tidak boleh dikucilkan oleh lingkungan.
BalasHapusSaya baru tahu Nama lainnya adalah Hansen. Selama ini saya tahunya kusta atau lepra.
BalasHapusDan sangat bagus sekali mendapat perhatian dari Jepang. Terutama soal stigma penderita kusta itu harus segera dihilangkan. Biar mereka bisa menjalani hidup secara normal dan bahagia.
Ternyata masih PR besar, ya.
BalasHapusPadahal, udah jelas bisa sembuh dan pemerintah pun udah kasih dukungan
Salut sekali dengan NLR Indonesia yang terus konsisten mengudarakan dan menyuarakan tentang kusta di KBR Ruang Publik. Miga membawa perubahan bagi negeri ini, khususnya dalam mengubah stigma masyarakat
BalasHapusSemoga dengan edukasi yang terus menerus ini, stigma kusta bisa dihilangkan ya. Memang gak mudah menjadi bekas penyandang kusta. Sudah berisiko cacat, dikucilkan pula.
BalasHapussemoga makin banyak organisasi yang mendukung pemberantasan kusta dan Indonesia bebas kusta. Begitu pula untuk penyintas, supaya dapat berdaya dan hidup lebih baik dan dapat hidup normal di tengah masyarakat
BalasHapusWah akhirnya NLR Indonesia punya partner utk bs sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang penyakit Kusta/Hansen. Kali ini dtg dari Sasakawa Health Foundation Tokyo Jepang. Mudah2an kolaborasi ini bs menekan penderita kusta di Indonesia ya kak.
BalasHapusPernah beberapa kali ikut edukasi NLR lewat KBR. Akhirnya punya partner biar makin oke edukasinya
BalasHapusMasalah kusta masih saja jadi poin tertinggi di Indonesia ini. Mungkin karena dalam pikiran masyarakat yang belum terbuka masih menganggap kusta sebagaimana mitos kepercayaan orang lama, ya...
BalasHapusStigma jelek terhadap penderita kusta ini masih ada di masyarakat kita. Kudu ada sosialisasi dan edukasi nih, biar penderita kusta gak terasingkan. Selain itu, kudu berkolaborasi untuk menybuhkan penderita kusta.
BalasHapusMasalah kusta masih tinggi banget ya ternyata di Indonesia, jadi kudu lebih diperhatikan sekaligus nggak bosen² buat sosialisasi. Syukurnya sekarang banyak lembaga yg mendukung aktivitas ini.
BalasHapusSepakat banget. Memperbaiki sudut pandang masyarakat yang kurang tepat terhadap kusta butuh digencarkan. Edukasi bisa dilakukan oleh siapa saja, bisa dimulai dari diri sendiri dan dengan media apa pun. Dengan kepedulian memberikan edukasi yang benar perihal kusta di lingkungan sekitar dapat memberikan dampak positif terhadap stigma kusta.
BalasHapusStigma kusta di masyarakat masih negatif karena masih banyak yang belum memahami bahwa pengalit kusta yang sudah mengalami pengobatan itu sudah tidak menular..
BalasHapusAku terharu sekali pas nonton webinar mengenai kerjasama Sasakawa Health Foundations dengan KBR untuk membahas masalah Kusta di INdonesia, khususnya. Dari sini, aku jadi paham bahwa masalah kusta belum selesai. Masih banyak sekali stigma buruk yang menghantui OYPMK dan penyintas kusta.
BalasHapus