Bila ada pertanyaan seberapa penting hak kesehatan seksual dan reproduksi untuk remaja disabilitas dan OYPMK? Maka jawabannya adalah sangat penting. Urgenitasnya sama dengan remaja lain pada umumnya, karena tumbuh dan kembang manusia akan melalui fase sebagai remaja.
Hal di atas sejalan dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas pasal 5 ayat 1, bahwa penyandang disabilitas mempunyai hak-haknya yang beberapa diantaranya yaitu hak hidup, hak bebas dari stigma, dan hak kesehatan. Lebih khusus untuk permasalahan hak kesehatan, mencakup juga pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
Oleh karenanya diskusi
hangat pun dihadirkan melalui Channel YouTube Berita KBR, dengan menghadirkan
tiga narasumber menarik yaitu Kak Westiani Agustin, Kak Nona Ruhel Yabloy, dan Wilhelmina
Ice, pada hari Rabu lalu, 25 Mei 2022. Berikut readitu.com merangkumnya.
Tentang Remaja Disabilitas dan OYPMK
Sebagaimana kita ketahui masa tumbuh kembang manusia semenjak dilahirkan ke dunia ini, dimulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Fase pubertas dialami ketika beranjak dari anak-anak menuju remaja. Pada momen ini adalah yang penting bagi remaja, termasuk penyandang disabilitas dan OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta) untuk memahami kesehatan seksual dan reproduksi dengan benar tanpa rasa takut.
Sebab sebagaimana yang disampaikan oleh Kak Nona Ruhel Yabloy selaku Project Officer HKSR, NLR Indonesia bahwa pada remaja perempuan kala menstruasi, masih ada yang memakai pembalut satu selama satu hari penuh. Ini hal mendasar yang tidak diketahui oleh remaja disabilitas dan OYPMK.
“Ada anggapan, nantinya juga mereka akan tahu dengan sendirinya. Padahal ini sesuatu yang penting untuk dijelaskan tentang merawat diri dan bagaimana agar tidak terjadi bullying, serta bagaimana membangun relationship yang sehat baik dengan keluarga, teman, bahkan saat nanti mereka memilih untuk memiliki pasangan. Sebab mereka kerap dianggap tidak butuh edukasi tersebut.” Terang Kak Nona.
Sejalan dengan Kak Nona,
Kak Westiani Agustin yang merupakan Founder Biyung Indonesia turut
menyampaikan bahwa edukasi tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi atau
HKSR ini, semestinya dipenuhi sebagaimana hak dasar lainnya, seperti makan,
minum maupun kemampuan lain.
Biyung Indonesia hadir pertama kali di Yogyakarta tahun 2018, merupakan aktivitas sosial yang bergerak di lingkup isu perempuan dan lingkungan. Semangat Biyung Indonesia untuk perempuan Indonesia, karena melihat masih belum semua kaum hawa mendapat akses hak menstruasi sehat.
Jadi Sejak Kapan HKSR Perlu Disampaikan kepada Anak?
Informasi tentang perkembangan masa pubertas ini, mungkin masih ada yang menganggapnya hal tabu. Tidak boleh diketahui, atau tidak sopan disampaikan dari orangtua kepada anaknya, sehingga biar si anak sendiri yang mencari tahunya. Namun tidak menutup kemungkinan pula, justru si orangtuanya sendiri yang belum banyak informasi mengenai pentingnya HKSR untuk remaja disabilitas dan OYPMK.
Wilhelmina Ice, Remaja
Champion Program HKSR menerangkan bila di lingkungannya sendiri, isu
disabilitas masih asing terdengar. Belum dikenal banyak oleh masyarakat di sana.
Apalagi dengan isu HKSR ini, karena belum ada perhatian khusus dari orangtua.
“Saya mendapatkan edukasi HKSR pada usia 13 tahun, dan masuk di program My Body Is Mine dari NLR Indonesia, Sankita, Labuan Bajo pada tahun 2019 yang saat itu sedang duduk di kelas 2, SMPN 4 Boleng. Selama saya mengikuti HKSR masih banyak orangtua yang bingung dengan hal ini.” Lanjut penjelasan remaja yang kerap disapa Ice.
Sebenarnya di setiap puskesmas telah ada program dari pemerintah yaitu program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja), dan ada petugas yang ditunjuk untuk memberikan edukasi dan konseling kepada orangtua dan anak/remaja dengan disabilitas dan OYPMK atau remaja pada umumnya, sehingga siapapun bisa mendapatkan informasi tentang HKSR secara tepat dan benar.
[Baca Juga: Ngobrol Edisi Minggu Pertama Bulan Mei]
Nah bila orangtua ingin
membincangkan tentang HKSR ini, dapat dilihat dan tanyakan dari segi kenyamanan
si anak, yang mungkin dia lebih nyaman dengan ibunya atau ayahnya. Pasalnya
HKSR ini bisa disampaikan kepada anak sejak dini, terutama pada waktu dia telah
mengenal organ tubuhnya, tahu bagaimana dia mandi, tahu batasan dengan orang,
dan sebagainya.
[Baca Juga: Berusaha dan Berupaya]
Jadi tidak terbatas harus
minimal usia berapa seorang anak mendapatkan informasi HKSR, karena pemahaman
setiap anak itu berbeda. Oleh karenanya, remaja perlu mengetahui Hak Kesehatan Seksual
dan Reproduksi termasuk OYPMK dan remaja disabilitas, karena ditangan mereka
juga akan mencetak generasi penerus.
Sedih deh, masih ada ya yang beranggapan anak akan tahu dengan sendirinya mengenai bagaimana memelihara kesehatan reproduksi saat haid. Padahal, anak akan belajar yang benar jika yang yang memberi tahu itu orang terdekatnya. Kalo menunggu tahu sendiri, bisa dari mana saja tuh sumbernya :(
BalasHapusjaman sejarang sosialisasi seperti ini emang penting banget ya mbak, agar kita juga lebih peduli dan bisa menerima mereka dengan segala kekurangan dan kelebihannya
BalasHapusSetuju banget, haru ada bimbingan tentang kesehatan reproduksi terutama untuk remaja disabilitas, agar mereka bisa lebih peduli dan bisa lebih mandiri dalam melindungi dirinya
BalasHapusInfonya kental banget kak,
BalasHapusEdukasi perlu sejak dini, kalau nunggu anak sampai peka,
Ya atuh susah.. Dengan program HKSR saya sependapat kak.
Infonya kental banget kak,
BalasHapusEdukasi perlu sejak dini, kalau nunggu anak sampai peka,
Ya atuh susah.. Dengan program HKSR saya sependapat kak.
Bisa jadi pembelajaran bagi para orangtua bagaimana cara menyampaikan hal ini yg bukan perkara mudah kepada anak atau cucu kita
BalasHapussampai sekarang saya masih kesulitan mencari cara mengedukasi anak saya terkait HKSR, mungkin masih harus belajar bagaimana cara menyampaikannya. karena edukasi HKSR ini emang penting disampaikan untuk anak juga saya setuju nih, untuk remaja dan disabilitas juga
BalasHapusEdukasi mengenai reproduksi dan kesehatan itu penting ya apalagi pada remaja baik normal apalagi disabilitas karena hal ini dapat membantu mereka agar lebih menjaga diri.
BalasHapusPeran orang tua dan keluarga sangat besar. Penyandang disabilitas dan OYPMK wajib mendapatkan edukasi yang benar terkait kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi. Jadi orang-orang disekitarnya harus paham dulu tentang kesehatan reproduksi sehingga bisa memberikan edukasi yang benar terhadap penyandang disabilitas dan OYPMK.
BalasHapusMemang harus ada kerjasama antar banyak pihak sih. Sekolah harus ada program sosialisasi. Orang tua pun perlu edukasi ke anaknya. Anak akan lebih paham dan punya preparation yg baik kalau dah diedukasi. Kalau nunggu tahu sendiri malah bingung sendiri ya mereka.
BalasHapusItu pentingnya pendidikan s**ks sejak usia dini. Jadi anak-anak diajarkan mengenali alat reproduksi sendiri. Semakin dewasa pengetahuannya semakin ditambah. Supaya paham, gak cari-cari info dari tempat yang salah. Ini bukan hal tabu.
BalasHapusSetiap insan manusia memiliki hak yang sama sekalipun, sosialisasi dan kegiatan seperti ini (baca tulisan diatas) bermanfaat untuk keberlangsungan mereka mendapatkan hak sama
BalasHapusAku merasakan komunikasi itu penting banget - apalagi pada saat haid sama Ibuku
BalasHapusso aku menerapkan hal yang sama pada anak gadis, terbuka dan siap (nah ini, kadang pertanyaan mereka itu bikin aku gak siap! hihihi)
Memang di Indonesia pendidikan seksual untuk remaja masih dianggap tabu. Akhirnya remaja yang mencari tau sendiri atau dikasih tau oleh temannya yang mana belum tentu benar.
BalasHapusPenting banget sih ini untuk diedukasikan kepada remaja, agar mereka tahu tentang tubuh dan hak-hak atas tubuh mereka sendiri. Jadi inget dulu aku diasuh nenek, dan pas mens pertama ya mikir sendiri karena nggak dapet edukasinya. Huhu
BalasHapusBetul banget. Pemahaman orang yang masih kolot bab edukasi reproduksi ini berpikirnya ntar juga anak tahu sendiri padhal tahunya anak yang terdukais dg baik tentu berbeda dg yang asal tahu.
BalasHapusWah ternyata di pukesmas sudah ada toh wah bisa nih di smapaikan ke pihak2 yg membutuhkan
Memang penting sih, anak-anak mengetahui bagaimana cara membersihkan bagian reproduksinya, apalagi saat haid untuk para gadis. Soalnya kesehatan reproduksi ini penting buat perempuan
BalasHapusDi sekolah anakku sejak SD kelas 4 sudah ada sosialisasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi, hanya beda namanya, dan kegiatan ini ada dalam program keputrian namanya. Jadi dalam rangka mempersiapkan mereka ketika mulai haid. Soalnya anak2 sekarang kan kelas 5 saja sudah banyak yang haid. Dari sosialisasi inilah kami para orang tua terbantu, jadi anak2 sudah dapat pengetahuannya dari sekolah plus dari rumah yakni kami para ortu. Kegiatannya macem2, di antaranya cara menggunakan pembalut, cara membersihkan pembalut, berapa kali ganti pembalut, bagaimana cara membersihkan area kewanitaan ketika sedang haid, dll. Berguna banget pokoknya.
BalasHapusPastinya penting banget karena sam-sama punya hak dan mengalame fase remaja.
BalasHapusSyukurlah sekarang banyak lembaga yang mendukung para disabilitas termasuk dalam memenuhi hak-hak mereka.
HKSR memang sedini mungin dikenalkan dengan bahasa yg mudah dipahami anak juga sebelum mas apubertasnya datang ya
Sangat penting utk melakukan edukasi ya.
BalasHapusPastinya kudu menyesuaikan dgn target edukasi
Agar tepat sasaran
wah seneng banget ada wadah seperti ini. bantu kita meningkatkan literasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang masih dianggap tabu buat diomongin secara serius padahal penting.
BalasHapusMulai merasakan gimana pentingnya komunikasi dengan remaja, agak tarik ulur supaya mengasikan bukan menggurui. Tertarik banget nih pengen ke Puskesmas utk dapatkan pembelajaran anak remaja ini
BalasHapusNah setuju, perlu nih memberikan edukasi reproduksi kepada remaja apalgi mereka rasa keingintahuannya tinggi dan ini lebih baik diberikan langsung oleh ortu yaa Mbak...
BalasHapusTerima kasih banyak ya kak informasinya sangat bermanfaat untuk kita semua dan mengedukasi sekali
BalasHapusMengetahui hak kesehatan seksual dan reproduksi memang hak asasi manusia ya. Tak hanya orang yang normal, saudara disabilitas juga punya hak untuk itu. Keluarga, pemerintah, dan kita semua wajib menghormati itu. Dan ya, semua punya tanggung jawab mengomunikasikan hal ini. Supaya para disabilitas bisa hidup normal layaknya kita juga.
BalasHapusNah ini dia, mgkn sosialisasinya yang kurang tentang HKPR ini. Karena di puskesmas tempat sy tinggal program ini ga pernah disounding.
BalasHapus